Rabu, 21 Februari 2018 0 komentar

How to add or change a signature and turn your vacation reply on or off

1. Add or change a signature

You can put up to 10,000 characters in your signature.
  1. Open Gmail.
  2. In the top right, click Settings Settings and then Settings.
  3. In the "Signature" section, add your signature text in the box. If you want, you can format your message by adding an image or changing the text style.
  4. At the bottom of the page, click Save Changes.

Add a signature if you're using the "Send mail as" feature

If you use the "Send mail as" feature to send from different addresses in your account, you can add a different signature for each address.
To select an address, use the drop-down menu above the signature text box on the Settings page.
If you don’t see the drop-down menu:
  1. Open the Accounts and Import settings page.
  2. Check that your addresses are listed in the "Send mail as" section.



2. Turn your vacation reply on or off

Set up your vacation reply

  1. On your computer, open Gmail.
  2. In the top right, click Settings Settings and then Settings.
  3. Scroll down to the "Vacation responder" section.
  4. Select Vacation responder on.
  5. Fill in the date range, subject, and message.
  6. Under your message, check the box if you only want your contacts to see your vacation reply.
  7. At the bottom of the page, click Save Changes.
Note: If you have a Gmail signature, it will be shown at the bottom of your vacation response.

Turn off your vacation reply

When your vacation reply is on, you'll see a banner across the top of your inbox that shows the subject of your vacation response.
To turn off your vacation response, click End now.

When your vacation reply is sent

Your vacation reply starts at 12:00 AM on the start date and ends at 11:59 PM on the end date, unless you end it earlier.
In most cases, your vacation response is only sent to people the first time they message you.
Here are the times someone may see your vacation response more than once:
  • If the same person contacts you again after four days and your vacation reply is still on, they'll see your vacation response again.
  • Your vacation response starts over each time you edit it. If someone gets your initial vacation response, then emails you again after you've edited your response, they'll see your new response.
  • If you use Gmail through your work, school, or other organization, you can choose whether your response is sent to everyone or only people in your organization.
Note: Messages sent to your spam folder and messages addressed to a mailing list you subscribe to won't get your vacation response.

Rabu, 07 Februari 2018 0 komentar

Sanggar Tahfidz Entrepeneur


Jumat, 20 Oktober 2017 0 komentar

Mimpi di atas Cita - Cita

Cita-cita itu adalah TARGET dan mimpi itu adalah KEINGINAN. Memang perbedaan yang sangat tipis sih. Tapi menurutku yang namanya cita-cita itu adalah suatu dorongan yang timbul dari hati, baik itu berupa MOTIVASI atau juga INSPIRASI atau juga mungkin CHALLENGE. Nah sedangkan mimpi itu adalah suatu keinginan yang orang lain pikir itu merupakan sesuatu yang mustahil untuk didapat namun justru disitu kita mendapat spirit untuk mendapatkan hal tersebut. Terkadang juga hal ini diluar nalar, dalam artian ada suatu keadaan yang mungkin bisa dikatakan tak mungkin dengan keadaan yang terjadi pada saat itu. 
Tetapi, mimpi juga bisa di tafsirkan dengan mimpi pada saat tidur, yaitu pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatanpendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
Jadi, mimpi itu sangat penting bagi kita, tapi kalo kita mimpi aja tapi nggak ada usaha, sama aja kayak mimpi waktu tidur. Tapi kalo kita berusaha untuk dapat mencapai mimpi, di situlah mimpi berubah menjadi istilah cita - cita.

Rabu, 18 Oktober 2017 0 komentar

Sebuah Penyesalan

Aku pulang sore hari. Sudah Kuduga, semuanya akan terjadi. Memilih untuk menunda pulang karena hujan yang begitu deras. Namun apa yang ibu pikirkan berbeda. Badai nampaknya akan datang menghampiriku. Sepanjang perjalanan aku memang telah menduganya. Aku adalah seorang anak, benar itu kenyataanya. Namun apa seorang anak harus pulang ketika hujan begitu deras?
Tatapan tajam ibu membuatku sadar betul kalau ia akan memarahiku. Aku menelan ludah kasar. Cukup dengan melihat tatapan itu, sesaat aku membayangkan ketika ibu menyerangku. Hujan turun ketika aku turun dari sepeda motorku. Di depan pintu ibu berdiri tak mengatakan apapun dengan tatapan yang menakutkan. Aku berjalan dengan detak jantung yang tak karuan. Jangankan ingin segera masuk, aku ingin tetap berada di luar rumah bila lagi-lagi harus dimarahi dan dimarahi. “Tak akan lagi aku main ya allah. Tapi tolong luluhkan hati ibu jangan marah padaku hari ini” doaku di setiap langkah.
Ketika aku tepat di depan ibu, ibu berkata “kurang sore!”. Ah, benar dugaanku. Aku hanya duduk di sofa, dengan tertunduk. “Berbohong sama orangtua, katanya sebentar lagi pulang. Dari jam satu kamu loh, lihat jam tidak? Sekarang sudah jam 5 sore rina. Awas ibu tak akan mengijinkan kamu main lagi” lanjut ibu panjang lebar dengan nada bicaranya yang mengancam. This is me, aku tak sekuat anak-anak lain. Selama ibu berbicara, aku mulai menangis namun kucoba menyembunyikan tangisanku.

Mataku benar-benar sembab. Sudah berapa lama aku menangis hingga azan magrib berkumandang. Aku melangkah terburu-buru, agar ibu yang sedang di kamar tak melihatku. Jangankan membuka buku pelajaran, aku terlalu sibuk dengan tangisanku. Setelah shalat magrib, aku merebahkan badanku dan mengotak-atik benda putih di tanganku. Tangisku kembali pecah ketika menceritakan pada sahabat-sahabatku tentang ibu.“Ibu, tadi benar hujan lebat di sana” jawabku pelan, tak berani menatap mata tajamnya. “Tak ada ceritanya di sana hujan, di sini tidak rina” bantah ibu. “Memang benar bu” sanggahku yang bangkit lalu berjalan menuju kamar. Air mata ini tak tertahan lagi, seperti air sungai yang tanggulnya jebol. Setiap pulang sore, memang seperti ini. “Aku menyesal pulang” batinku dengan tangisan yang masih menyertai.
Ibu membuka pintu. “Na, makan dulu” katanya. “Aku tak lapar bu” jawabku cepat dengan nada pelanku. “Kamu cengeng banget, segitu aja. Ibumu hanya khawatir padamu, takut kamu kenapa-kenapa” gerutu ibu lalu menutup pintu. Jawabanku salah lagi, kembali lagi mendapat semprotan perkataan dari ibu. Kalah lagi untuk yang kesekian kalinya. Oh tidak, aku hanya mengalah karena dia adalah ibuku.
Ibu kembali masuk ke kamarku, meletakkan sepiring nasi dan minumnya. Aku tak melirik ibu, tapi dengan suara, aku tahu apa yang sedang ibu lakukan. Ibu tak lagi mengeluarkan suara, hanya hening di antara kami. Tapi benar-benar selera makanku hilang, walau bau makanan kesukaanku begitu kuat masuk ke hidung.
Hingga baru saja beberapa menit ibu meninggalkanku, lampu mati. Aku paling takut dengan kegelapan. aku menyembunyikan seluruh tubuhku dalam selimut tebal. Dugaanku salah, ibu datang ke kamarku untuk menyalakan lampu kamar. Karena ibu tahu, aku paling takut dengan kegelapan dan aku pun tak tahan untuk sekedar menyalakan lampu di sudut depan kamar tidurku. Ibu tak melontarkan satu kata pun, tetap diam. “Ayolah re, ucapkan terimakasih” ajakku pada diriku sendiri. Tapi ajakanku tak membuatku mengucapkan “terimakasih”.
Aku membuka mata, ketika alarm berbunyi. Segera aku meraih benda yang mengeluarkan melodi bervolume tinggi itu. Aku bangkit dari tidurku, lalu mengahampiri kaca. Mataku begitu terlihat sembab karena tangis sore tadi. Ah entah angin apa yang tertiup hingga aku kembali menangis, namun untuk hal yang berbeda. Jam masih menunjukkan pukul 03:17, aku pun melaksanankan shalat tahajjud seperti biasanya, namun dengan air mata yang mengalir begitu saja. Tak bisa dihentikan hingga berakhirnya shalat malamku.
Ibu, aku mulai sadar. Ibu tak salah, aku pun rasanya tak salah. hanya saja keadaan yang membuat ibu memarahiku. Tapi aku sadar, betul aku benar-benar sadar. Rasa sakit di bagian dada, sesak yah karena tangisan saat berdoa di shalat malamku. Aku merasa bersalah dengan apapun yang aku lakukan pada ibu dari sore hingga malam. Tak ingin lagi aku melakukan hal itu. Bertahun-tahun ibu membesarkanku hingga aku duduk di bangku SMA. Aku takut tadi sore menggoreskan luka di hati lembutnya. Dia tak akan marah bila aku tak melawannya. Dia melakukan itu karena khawatir, pada aku anaknya satu-satunya.
Sendiri, aku sendiri menatap dinding-dinding kamarku yang terlihat indah. Merenung begitu dalam, hingga tetesan air mata tak kunjung berhenti. Mencoba menghentikannya begitu sulit. Aku teringat makanan yang ibu bawakan tadi malam, aku pun melahapnya walau tak merasa lapar. Hingga tak ada yang tersisa, aku takut menggoreskan lagi luka di hatinya. Selain ibu, tak akan ada orang yang kecewa tapi membawakan makanan ke kamar orang yang telah mengecewakannya. Menyalakan lampu, ketika mati lampu. siapa lagi kalau bukan ibu?
Ibu, maafkan anakmu karena terus melawanmu beberapa kali. Ibu, aku tak akan mengecewakanmu lagi insyaalllah. Dan yang harus ibu tahu, aku menyesal.
Kamis, 12 Oktober 2017 0 komentar

Puisi Rindu

Jika Ada Rindu

Jika ada celah ruang rindu dalam dimensi relungku
Maka hanya kamu yang tahu untuk siapa
Jika ada sisa waktu dalam kerinduanku
Maka hanya kamu yang tahu untuk siapa
Jika ada gumpalan rindu dalam rongga dadaku
Maka hanya kamu yang tahu untuk siapa

Jika ada satu cinta dalam lubuk sukmaku
Maka hanya kamu yang tahu untuk siapa
Jika ada tumpukan rindu dalam beku heningku
Maka hanya kamu yang tahu untuk siapa
Dan jika benar dunia mengakui keberadaanku
Pun hanya kamu yang tahu untuk siapa


Rabu, 11 Oktober 2017 0 komentar

Humor

Di suatu perkampungan, ada bapak yang biasanya mengimami sholat dan anaknya yang sangat gaul. Suatu hari sang anak me-rebonding rambutnya karena saat itu sangat nge-trend. Sang ayah yang tidak tau perilaku anaknya tersebut langsung bertanya kepada anaknya:
Ayah : "kamu apakan rambut kamu itu, le?"
Anak : "oh, ini namanya di-rebonding pak."
Ayah : "Rebonding itu apa to, le?"
Anak : "Rebonding itu diluruskan, pak."
Ayah : "Oo, jadi rebonding itu diluruskan"
Anak : "Iya, Pak."
Setelah itu sang bapak pergi ke masjid dan langsung mengimami shalat.
Sebelum memulai shalat, sang bapak meluruskan dulu shaf salat:
Bapak : "Shaf nya yang belum di-rebonding, dire-bonding dulu."
Makmum:" Lhoo?!!"

Kamis, 05 Oktober 2017 1 komentar

Cara Membersihkan Sepatu Berbahan Kanvas

Sepatu berbahan kanvas memiliki kelebihan diantaranya
nyaman dan ringan saat digunakan, varian warna yang
beragam, dan perawatannya cukup mudah. Misalnya, jika
sepatu kanvas terkena lumpur hal pertama yang harus
dilakukan adalah tunggu hingga noda lumpur itu
mengering. Jika Anda membersihkan lumpur yang masih
basah akan memperlebar nodanya. Setelah noda lumpur
kering, tepuk-tepuk ke lantai agar lumpur kering terlepas.
Sikat dengan gerakan searah untuk membersihkan noda
yang tersisa.
Selanjutnya Anda bisa mengeringkan sepatu dengan cara
diangin-anginkan. Lalu bersihkan noda lumpur dengan kain
basah yang telah dicelupkan ke dalam air hangat. Cara
merawat sepatu bahan kanvas lain adalah mencuci sepatu
dengan sabun cuci atau detergen. Sikat bagian luarnya
dengan lembut. Setelah itu bilas dengan air dingin sampai
bersih.dhhumairaa.blogspot.co.id



 
;